Gubahan Tak Karuan

Ardi Mulyana

lama tak jumpa rupanya
sudah lama kita tidak mengikat angin
sudah lama pula kita tidak meraut kepedihan
apa kabarmu nun jauh di sana?

dahulu, kisah ini tentang tercerabutnya suatu ikatan
ikatan yang pernah engkau tebarkan di safana kerinduan
merayu badai membawa anak angin senja
indah menyublim di seantero qalbu

namun sayang, kebersamaan belumlah berpihak pada kita
jangan, jangan engkau tertawa
ini cerita tentang sesuatu yang binasa
binasa karena nafsu semata

"perduli aku tentang tulisan ini
yang kulukiskan dengan darah
ya, darah
ya, darah"

suatu malam, kidung cinta mengalir mesra dalam ubun-ubunku
itu pula engkau di sampingku,
bersama mereguk ketenangan
di suatu, malam kala bintang terlelap tidur

"perduli aku akan bait ini
yang kutulis saat gonjang-ganjing jiwaku
bukan, ini bukanlah aku
ini adalah diriku yang sudah lama terlupakan"

apa pembelaanmu? apa?
engkau menenggak perdamaian dengan sisa tulangku yang remuk
atau, engkau menari di atas darahku yang bau amis?
lelah, lelah jiwaku

tulis, tuliskan wahai diriku sendiri
tulis, tuliskan apa yang dirasa
seperti, zamrud yang tercecer di halaman jiwanya
atau, bak mutumanikan yang tergores di tangan lembutnya

aku tahu, aku sedikit gila
aku gila, aku gila sasar
tapi tak lebih gila dari yang mencuri uang yang bukan haknya
aneh, aneh sekali, kegilaan apa ini?

ah, aku juga tak tahu
barangkali, hanya bait murahan yang mencampuradukkan kegundahan
namun, namun aku tahu
ini dari lubuk hatiku


Garut, April 2010

Sampai

Oleh Ardi mulyana H.


itulah, mauku
terbit di ujung kesederhanaan
merekah di mega pagi
bersatu, menyiram rahasia


berlari, mengangkang di lazuardi
menyentuh hati yang sederhana
itu dia kacau
meracau...


tirani, disibak sipu
berdaya, luka membungbung
cinta, apalah artinya
sederhana, belailah jiwa yang merindu


bak, salahkan gembala yang mencuri hati
mencuri hati yang sederhana
sesederhana, itulah padamu...gadisku



Garut, Februari 2010

Tulisan Populer