Sejenak Saja



Ardi Mulyana H.

Sejenak saja
Daku ingin melupa
Pergi dari sinar kehidupan
Mematikan nyala mentari di lazuardi
Membentangkan selimut duka
Dan daku ingin terlelap
Mataku sayu membiru
Kini daku terasing dari peraduan manusia
Bersama untaian kata-kata dari bahasaku sendiri
Sejenak saja
Daku ingin mencinta
Dalam prahara

Garut, 2011

Sepucuk Nasihat untuk Kau

Ardi Mulyana H.

Daku sendiri
Bersama angin
Bersama debu
Di bawah
Di pelataran
Kubermandi surya
Sepagi ini daku terlena
Oleh rindu menganga
Dan tiada yang lebih baik
Selain kau puas membagi cintamu
Dengannya
Dengan mereka
Tapi daku tak diaku
Merasa membatu rindu ini
Tertelan senyummu itu
Kau, terbanglah
Bersama angin dan awan
Biar, biar daku yang berbagi luka dengan diriku
Dan jika kau tlah terbang
Kau akan tahu betapa daku lebih berarti

Garut, 2011

mula bergoyang



ardi mulyana h.

perlahan sinar berkata di pagi
kutahu itu harap yang cemas
yang fana
cintamu berubah sunyi
berkelebat di antara angin dan dedaunan
juga embun yang menikam
tawamu itu
memeras hatiku
wajahmu, kian ditelan jelaga hari
hasrat yang panjang
kian beranjak
memuncah rindu di titik kalbu
seperti itu
aku ingin mencintaimu
seperti debu berlarian
seperti gemerincing air akar yang jernih
di antara aku
tiada hasrat yang lebih denganmu
aku ingin mencintaimu
dengan nadi dalam sum-sum ini
seperti kita yang dulu
yang tak lelah berkeluh

garut, 2011

all abaut your poem


ardi mulyana h.


for my love
so far from here
your come with wind wild
it's very high
i'm just is the young man without meaning
do you know my love
your my dedication likes buterfly in seeing
oh, my poem
what is the meaning missing in earth
just some feel move very fast
for my love
looking in sky
it's poem from me
do you interested to one with me
lets touch my hand in my soul

garut, 2011

Lima Sajak Sunda Ardi Mulyana H.

Baramaen
Ardi Mulyana H.

Kahatur jalma
Nu euyeuk dina papaes kahirupan
Padahal lain kitu kahayangna mah
Tapi da ari nasib laku lampah masih panjang
Lir ibarat walungan ngagulidag ngalir taya eureun

Garut, 2011

Berebet
Ardi Mulyana H.

Baheula,
Mangsa usum keueung
Di pileumbureun
Kuring lumpat ngaberebet tarik
Ngungudag impian
Nu baheula kungsi dipiharep
Kaya saperti daun-daun pineus
Katebak angin tunggara

Garut, 2011

Wanaraja
Ardi Mulyana H.

Taneuh nu baseuh
Ibun nu ngeclak
Angin nu mepende raga
Lumpat mawa carita
Ngoleab ngahiliwir tiis kanu ceuli
Dina kamelang
Dina katineung
Moal daek mopoho
Dina impenan
Dina kanyataan

Garut, 2011

Sajak Budak
Ardi Mulyana H.

Ieu sajak
Lain datang tina batu
Tapi datang tina manah
Manah anu raheut ku kasedih tuh hianat manusa
Tapi ke heula
Titenan ku anjeun, yen anjeun sarua jeung kuring
Mimiti, jadi budak heula

Garut, 2011

Nyuprih
Ardi Mulyana H.

Teang pangarti sok sanajan jauh ka cina
Memang babasan eta teu salah
Tapi anjeun salaku manusa ulah pasini
Da Gusti ngangkat harkat jalma nu miboga iman mibanda elmu
Boh di kaler
Boh d wetan
Boh di kidul
Boh di kaler

Garut, 2011

Aktualisasi Puisi dalam Pendidikan dan Kehidupan

Oleh Ardi Mulyana H.

Dalam pendidikan formal, puisi lazim didefinisikan sebagai sebuah karya sastra yang imajinatif. Secara etimologi, kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang artinya penciptaan.  Dalam bahasa Inggris padanannya poetry, poem, dan poetics. Namun dewasa ini karena kedinamisan dalam bahasa (Indonesia), arti tersebut mengalami penyempitan makna sebagai “hasil karya sastra yang mempergunakan kata-kata imajinatif, estetis, asosiasi, dan humanisme.” Beragam sekali definisi orang mengenai puisi. Pertama, menurut Samuel Tylor Coleridge yang mengemukakan puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Kedua, Edgar Allan Poe membatasi puisi sebagai kreasi keindahan yang berirama. Ketiga, John Dryden mengatakan puisi adalah ungkapan yang musikal. Keempat, Isaac Newton mengungkapkan puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan. Kelima, Shelley menerangkan puisi sebagai rekaman detik-detik yang paling indah dalam kehidupan. Keenam, Auden menafsirkan puisi merupakan pernyataan perasaaan yang bercampur-baur. Semua definisi di atas tampaknya memiliki jalinan yang harmonis dan saling mengisi. Dan dapat diterima sebagai pengertian dari puisi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa puisi mengandung tiga unsur utama  yaitu: (1) unsur pemikiran, ide, dan emosi, (2) bentuk, (3) kesan. Hasim (2009). Sebagai sebuah karya sastra, puisi erat hubungannya dengan pendidikan dan kehidupan. Antara yang satu dan yang lainnya saling mengisi dan melengkapi. Sebagai contoh puisi karya Hartojo Anangdjaja yang berjudul “Dari Seorang Guru kepada Muridnya”, karya Chairil Anwar “Doa”, dan karya Sanusi Pane “Teratai” merupakan sebuah karya yang mencerminkan aktualisasi nilai-nilai humanisme yang mendidik. Puisi-puisi tersebut merupakan salah satu yang sering muncul dalam pembelajaran formal bahasa Indonesia di kelas. Dalam hal ini puisi merupakan cermin untuk melihat bagaimana kehidupan itu berjalan secara konkret sekaligus mengandung nilai didaktis. Tentunya di dalam pendidikan formal ihwal puisi dipelajari dalam pelajaran bahasa Indonesia—secara mendalam dipelajari di jurusan bahasa dan sastra, baik pada lembaga pendidikan guru maupun pada fakultas sastra. Lantas, apakah kontribusinya bagi dunia pendidikan? Secara tersirat, pernyataan di atas sudah tentu bisa mewakili jawabannya. Sebab di dalam puisi itu tercantum bahwa puisi sebagai hasil karya sastra mengandung sebuah nilai-nilai ajaran yang luhur (humanisme) secara tidak langsung. Dengan kata lain, mendidik lewat keindahan bahasa (Indonesia), menggerakkan hati, dan ada tindak lanjut setelah membacanya. Pendidikan itu tidak harus formal melulu. Dan secara informal pendidikan bisa disalurkan secara luas kepada khalayak ramai melalui puisi. Dengan catatan bahwa di dalam puisi harus tercantum unsur asosiasi yakni pertautan satu hal dengan hal lain karena memiliki persamaan sifat. Lantas, kata-kata yang imajinatif (diksi atau pilihan kata) dan memiliki makna tertentu yang kemudian akan melahirkan suatu susunan yang estetis dibalut dengan afektivitas penyairnya sehingga mampu menuliskan hal-hal yang sifatnya humanis.



Kumpulan Catatan Sederhana yang Kutulis dalam Kertas Kecil yang Sering Kubawa ke Mana-mana


engkau tlah merenggut wajahmu sendiri
hingga sirna dari tatapanku
pergi di petang kehidupan
mematikan pelita yang engkau sulut di hati ini
kasihku mengucur deras menggenangi seluruh jiwa
karena engkau tlah pergi mencerabut penyangga rindu ini
banyak yang engkau lakukan,
kecuali satu
engkau tak lagi menjadi kekasihku

(ardimulyana)

Lebih baik aku kehilangan dirimu
daripada aku harus kehilangan selembar kertas yg berisi puisi tentang betapa rindunya aku padamu.

(ardimulyana)


dialah embun yg jatuh dari ujung daun
berbagi dingin di halaman luar

dan buliran hujan berlarian di awal pagi
bergembira karena sinar mentari tak jatuh menimpa bumi terhalang mega
maka, kampong-kampong dekat rumahku sunyi senyap seperti wajahmu, senyap dan dingin
(ardimulyana)


Bekerja di paruh waktu bersama kata-kata.
Berkeluh naik menjulang ke cakrawala:

O, Pagi berangkat bertaruh nyawa.
Siang pulang berlumur darah.
Sore mencenung bersama kata-kata.
Malam mengkaji tetulis dari benua kesunyian.
Adalah rutinitas yg dekat dgn kematian-kematian.
Maka tak pantaslah kita congkak di atas bumi-Nya.
Dan semata-mata status ini hadir untuk-Nya.
Dari kami setetes riak di samudra
(ardimulyana)


Berkata-katalah sesukamu, ayo ungkapkanlah, tuturkanlah. Dan aku akan menyimaknya. Lantas, jika engkau mau. Aku 'kan menuliskan biografimu, dengan begitu dunia mengakui keberadaanmu "wahai orang-orang gila yang tercampakkan dan hidup di jalanan".
(ardimulyana)


ke mana daku berlayar?
sedang, sauh dilego buritan keropos
ah, samudra yg membingungkan
(ardimulyana)


Bentang tingbaranang taya mega nu ngahalangan ngaropea raga nu mesat ngapung ka awang-awang
anjeun datang kuring balik

kuring datang anjeun balik
ahirna paamprok jonghok patepang lawuh na mega peting ayeuna
(ardimulyana)


Berkemas menggunjing waktu.
Pergi ke hulu berangkat pagi buta.

Jalan menanjak penuh derita.
Duhai senang menuju puncak.
Hendak berburu menyentuh langit.
Waktu berkelahi dgn zaman.
Guna memetik secangkir embun.
Betapa pun hebat dan laknat.
Semua raga hilang kembali ke liang lahat.
(ardimulyana)


Pena, dia membagi rindunya pada sehelai kertas.
Serta, angin memilir menebak rambut sang penyair.

Udara berlarian menuju nafas-nafas perasaan.
Antara kertas, pena, dan penyair membagi rindu.
Menggugah semesta kecewa dgn kata-kata.
Dan bulir hujan berbagi dingin di luar jendela.
(ardimulyana)


engkau memintaku menuliskan sebuah kalimat
maka, tak hanya sebuah kalimat yg kutulis

tentunya, sebuah wacana antara engkau dan aku dalam tata bahasa
engkau pernah marah, karena kuberi surat cinta tapi isinya tentang soal-soal
kebahasaan
tertukar dengan tugas-tugasku!
maklumilah aku duhai, atau engkau ingin aku bahasakan?
atau engkau ingin kubuatkan sebuah hipotesis tentang maknawi ungkapan rindumu?
(ardimulyana)


Mentari, dia yg tergelincir di ufuk barat.
Warna cahayanya seperti lukisan menghampar menguning di atas Garut.

Warna itu seperti hendak menandakan gelora yg padam.
Sebuah lukisan pada kanvas ujung hari.
Dan indahnya gemawan mulai menjingga menari menangkap gelap ke peluknya.
Senja, dia mulai berbaur dgn mereka.
Mungkin hendak menelanjangi umur-umur manusia.
(ardimulyana)


Indit ti imah
ngaprak-ngaprak lembur

mapah, mapay-mapay galengan nu rareumis ku ibun kaheman nu rongkah
sono taya katepi ngudag lamunan
ah, rupa-rupa
cenah mah ulah ngarawu ku siku
tapi da ieu mah ngungudag rasa katresna si indung budak
duh mojang, kuring rek datang
ngalalayah tapi lain ku harta
ngan ku harti
cag ah mega Garut lulumpatan!
(ardimulyana)


Akhirnya, jalan itu terbuka. Kini saatnya mulai berbenah. Bekerja dgn fisik yg kuat, aku tak bisa. Kiranya, aku temukan pencarian mimpi yg selama ini kureguk melalui imajinasi dgn pena dan kertas. Biar aku memutarbalikkan fakta. Tunggu, tunggulah biar syahdu nadanya dlm simfoni gelora "ekspektasi" tertinggi.
(ardimulyana)


"Jika engkau menikah.
Aku adalah orang yg pertama kali akan menulis puisi jernih tentang cinta kalian berdua.

Seperti rindunya sunyi pada irama.
Laksana seruling mengecup si gembala di bawah horison kota Garut.
Agar kuretas segala tabir segala asmara.
Dan kisah kasih kalian mengarung melegenda."
(ardimulyana)


Aku pergi dari rumah bersama keputusasaan
~ah, lazuardi garut yg mewarnai rinduku~

~ah, pena dan lembaran kertas putih menjadi peluruh sukma~
dan aku kembali pulang ke rumah membawa harapan
(ardimulyana)


Maafkan segala kekuranganku.
Aku tak pandai berbicara.
Maka dari itu aku menuliskannya.
(ardimulyana)


Nenjo ka langit, haleumheum rek hujan.
Ret ka katuhu, kasenang.

Ret ka kenca, kasusah.
Ningali ka hareup, aya cita-cita nu gumantung mapaes hate.
Kahayang luyu jeng pamadeugan.
Enggoning kudu jadi 'cukang lantaran' kuring jadi jelema.
Saestuna, nincak wanci mustari bakal laksana.
Pangaweruh mibanda elmu basa.
Atuh tungguan, isuk pageto kuring aya dina tetenjoan kabagjaan.
(ardimulyana)


Ya Rabb!
Aku sangat amat tersiksa oleh sebuah kerinduan padanya

Maafkan aku
Jika aku memutar waktu

Ya Rabb!

Aku sangat amat tersiksa oleh kerinduan padanya
Bak kehilangan pembuluh darah
Sebentar mungkin mati

Ya Rabb!
Maafkan khilaf ini
Hadirkan dia kembali
Agar ketika aku mabuk dgn khamar aku disadarkannya
Ya Rabb!
Maafkan diri ini.
(ardimulyana)


Sebenarnya kematian itu menghampiri diri ini
Maka sejatinya setiap jalan yg kutempuh mendekatkan padanya

Seperti pula yg disampaikan awan pada tanah
Air membasahinya

Adalah jasad tak kekal bermaujud kan hilang

Pun roh darinya bertemu dgn hitung-hitungan
Di alam Barjah dan Akhirat
Kepada siapa daku mengadu?
Pada-Mu jua Ya Alloh tempat bersandar

Maka, matikan daku di jalan-Mu

Amin.
(ardimulyana)


Nada, Yang Digugu, dan Ditiru, Terang Bulan

rembulan, dia yang keji

memandikan dengan sinarnya yang lembut
bau nafasnya seperti kolak pisang atau kolang-kaling
 kejinya, sering merupakan suatu kelembutan yang nikmat
suara mengkeriknya jangkrik serta buayan angin dari alam
menambah pertempuran seperti perang dalam badai
menambah cahyanya selembut sutra namun mematikan
.....
(ardimulyana)


Tulisan Populer