Si Melankolis dan sebuah Prosa (sebuah prosa)


Ardi Mulyana Haryadi

aku telah menjadi durjana
menghalangi rindu makhluk Tuhanku
...
sunyi
...
dan menjadi senyap

ketika dua hati mulai bercerai dari peraduannya
aku hanya menyaksikan dari kedua matanya mengalir sebuah air surga
aku hanya menyebutnya, permainan bawah sadar


...
sunyi
aku tak bisa menyembunyikan 

Reviu Jurnal Sintaksis

Verba Transitif dan Objek Dapat Lesap dalam Bahasa Indonesia. Oleh Tri Mastoyo Jati Kesuma. Universitas Gadjah Mada. Masyarakat Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, 69-75
Direview oleh Ardi Mulyana Haryadi, Universitas Pendidikan Indonesia

1.      Pendahuluan

Syntax is the study of the principles and processes by wich sentences are constructed in particular languages” (Chomsky, 1957: 1). Sebuah konstruksi kalimat minimal diisi oleh dua fungsi sintaksis yaitu subjek (S) dan predikat (P). Namun demikian, “Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (K)” (Chaer, 2003: 207). Fungsi-fungsi sintaksis tersebut sejatinya tidak melulu muncul secara bersamaan. Dan yang paling penting ialah hadirnya dua fungsi utama sintaksis, subjek (S) dan predikat (P) seperti pada contoh kalimat, “Dia berdiskusi.” Konstruksi tersebut boleh dibilang kalimat karena “dia” sebagai subjek dan “berdiskusi” sebagai predikat. Akan tetapi jika pada kalimat, “Dia berdiskusi tentang linguistik di kelas.” Jadi kalimat tersebut terbilang lengkap fungsi sintaksisnya, “dia” sebagai subjek, “berdiskusi” sebagai predikat, “(tentang) linguistik” sebagai objek, dan “di kelas” sebagai keterangan (tempat). Tidak semua fungsi sintaksis mesti hadir dalam sebuah konstruksi kalimat dan sebenarnya juga tidak ada salah satu fungsi yang mempunyai “hak khusus”. Verhaar (1990: 81) berkata, “Lazimnya subjek serta predikat dianggap merupakan fungsi inti (nuclear functions), dan semua fungsi lainnya merupakan fungsi luar inti atau fungsi sampingan (extranuclear functions).” Akan tetapi Chafe (1970; via Chaer, 2003: 209) mengatakan, “Bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat.” Dan indikator untuk menentukan itu sebuah kalimat atau bukan Ramlan (2001: 21) berpendapat, “Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukannya banyak kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.” Semua kalimat dalam tata bahasanya sendiri mestilah mempunyai derajat kegramatikalan atau the grammatical sequences. Dalam hal ini menarik untuk mengutip pendapat dari Chomsky (1957: 2):
      The fundamental aim in the linguistic analysis of a language L is to separate the grammatical sequences wich are the sentences of L from the ungrammatical sequences wich are not sentences of L and to study the structure of the grammatical sequences. The grammar of L will thus be a device that generates all of the grammatical sequences of L and none of the ungrammatical ones.
Dengan demikian analisis linguistik bisa mengetahui mana yang gramatikal maupun yang tak gramatikal berdasarkan rangkaian kata (atau frase) dalam suatu bahasa. Karena penutur suatu bahasa mempunyai tata bahasa nurani (innetenesess) yang terintegrasi dalam kompetensi berbahasanya. Dalam tinjauan Chomsky, generatif transformasi, struktur permukaan (performansi) merupakan refleksi suatu tata bahasa. Dan untuk merepresentasikannya diperlukan pengetahuan akan bahasanya (kompetensi) yang kemudian diwujudkan kepada struktur luar.

2.      Isi Jurnal

Dalam jurnal “Verba Transitif dan Objek Dapat Lesap dalam Bahasa Indonesia” ini mengedepankan masalah verba transitif yang fungsi objek sebagai pendamping predikat dapat lesap. Kridalaksana (1993: 226) mengatakan, ”Verba merupakan kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat.” Sedangkan Verhaar (1990: 95) berpandangan, “Dalam banyak bahasa kata kerja itu dibedakan atas yang transitif dan intansitif ...” Verba disebutkan memiliki peran sentral dalam sebuah konstruksi kalimat. “Sentral yang dimaksudkan dalam arti verbalah yang pertama-tama menentukan adanya berbagai struktur konstruksi dalam bahasa yang bersangkutan beserta perubahannya” (Sudaryanto, 1983: 6; via Kesuma, 2010). Jadi, mesti dibedakan dulu antara verba transitif dan verba intransitif. Badudu (2001: 104) mendefinisikan kata kerja (verba) transitif ialah, “Kata kerja yang membutuhkan objek, dengan kata lain objek merupakan pelengkap kata kerja tersebut.” Kalimatnya dapat dicontohkan, “Andi menangisi kakinya”, “Ayah menggergaji kayu”, dsb. Dan verba intransitif ialah, “Verba yang menghindarkan objek” (Kridalaksana, 1993: 227). Verba intransitif dapat dilihat seperti pada kalimat, “Saya membaca”, “Mereka guru”, “Tidur itu menyehatkan”, “Padi menghijau”, “Kapal tenggelam”, “Ayahnya petani”, “Tubuhnya kedinginan”, “Dia kehujanan”, “Masakanmu memuaskan.” Verba transitif dibedakan menjadi dua kategori, yaitu verba monotransitif dan dwitransitif. “Verba monotransitif adalah verba yang diikuti oleh satu objek” dan “verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap” (Alwi, dkk, 2003: 91).
Namun ada baiknya melihat tinjauan tagmemiknya Kenneth L. Pike,
Tipe Klausa               Pernyataan                Pertanyaan                Perintah
                                    S – i CI                        Q – i CI                       C – i CI
Intransitif                    John went                    Did John go?               Go, John!
\                                   S – t CI                       Q – t CI                       C – t CI
Transitif                       John ate it                    Did John eat it?           Eat it, John!
                                    S – eq CI                     Q – eq CI                    C – eq CI
Ekusional                    John is good                Is John good?              Be good, John!
                                                                                                            (Tarigan, 1989: 61-62)
Untuk mempertajam pemahaman maka perlulah kiranya permasalahan konstruksi sintaksis transitif dan intransitif ini ditinjau pula dari tinjauan generative transformation. Di bawah ini akan diuraikan dengan contoh kalimatnya.
(i)         Sentence à NP + VP
(ii)        NP à (T) + N
(iii)       VP à Verb + NP
            ....                               
                                                                                                            (Chomsky, 1957: 26)

(1) Polisi menembak                            (2) Ditembak polisi
à FN + FV                                     ∑ à FV + FN
Analisis struktur kalimat (1) FN         me       +          v          -           ()
                                                1          2                      3                      4
Transformasi
Analisis struktur kalimat (2)    di         v          +          FN       -           ()
                                                1          2                      3                      4

Dalam katagori kalimat di atas, lesapnya objek (O)  atau  zero object ()  terjadi karena orang pasti mengetahui makna maksud kalimat tersebut jika objeknya ada. Hal ini selaras dengan Badudu (2001: 105) yang mengatakan, “Kata-kata tersebut sudah merupakan ungkapan sehingga tanpa menyebutkan objeknya, orang telah mafhum bahwa itulah yang dimaksud.” Akan tetapi,”O biasanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu O langsung (OL) dan O tak langsung (OTL)” (lih. misalnya dalam Kaswanti Purwo dan Anton, 1985:1-36; Kridalaksana dkk., 1985:152-153; Aarts, 1997:15-20; Kesuma, 2010). “OL adalah nomina atau frasa nominal yang melengkapi verba transitif yang dikenai oleh perbuatan dalam P verbal atau yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang terdapat dalam P verbal” (Kridalaksana, 2002:52). Seperti misalnya objek langsung afektif, “Saya membaca buku”, “Dia menulis cerpen”, “Ayah berkirim surat” Dan objek langsung efektif misalnya, “Mereka membuat robot”, “Nenek menyulam kain”, “Dosen menulis diktat”, “Ibu membuat kue.” Di samping objek langsung, objek tak langsung pun dapat diidentifikasi dalam sebuah konstruksi kalimat. “OTL adalah nomina adau frasa nominal yang menyertai verba transitif dan menjadi penerima atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam P verbal” (Kridalaksana dkk., 1985:153; Kesuma, 2010). Contoh objek tak langsung seperti berikut, “Ayahnya membelikan ia sebuah mobil”, “Ibu membeli baju untuk saya”, “Dosen itu memberi kami nilai A.”

3.      Komentar

Secara keseluruhan, jurnal ini memaparkan mengenai konstruksi sintaksis yang secara umum tidak selalu muncul bersamaan dalam satu konstruksi. Seperti halnya pelesapan objek dalam kalimat intransitif yang tidak menghambat kegramatikalan sebuah kalimat. Namun, lesapnya objek tersebut maksudnya dapat diketahui oleh penutur suatu bahasanya karena mempunyai tata bahasa universal sebagaimana Chomsky utarakan. Chomsky berpandangan bahwa tugas utama teori linguistik ada tiga. Pertama, teori linguistik mesti mampu mendeskripsikan bahasa dengan kriteria eksternal. Kriteria eksternal itu menyangkut keberterimaan (gramatikal) sebuah konstruksi kalimat dalam suatu bahasa. Kedua, tata bahasa tersebut harus bisa mendeskripsikan suatu aturan yang dapat dipakai dalam bahasa tersebut. Ketiga, teori linguistik harus bisa memberi jawaban atas kaidah-kaidah suatu tata bahasa—mengapa harus berkaidah seperti itu. Akan tetapi, permasalahan transitif dan intransitif tidak hanya selesai sampai sini saja, penelitian lanjutan pun perlu dilakukan dalam bahasa-bahasa lainnya. Dan persoalan sintaksis tidak hanya berada dalam tataran fungsinya saja. Ada beberapa unsur pembangun konstruksi sintaksis yang lainnya seperti katagori sintaksis dan peran sintaksis. Namun demikian, permasalahan semantik pun patut diketengahkan. Seperti halnya suatu konstruksi kalimat memiliki derajat gramatikal namun secara semantis tidak berterima maka itu pun menjadi persoalan. Sedangkan pula hubungan pola sintaksis dengan pola pembentukan kata bisa juga menjadi bahan penelitian selanjutnya—morfosintaksis. Walau demikian, jurnal ini patut diapresiasi karena setidaknya telah memberi pemahaman baru mengenai fungsi sintaksis beserta penjelasannya yang komprehensif. Jika boleh menyebut, isi jurnal ini sangatlah bermanfaat bagi pengembangan dan pembinaan bahasa nasional kita, bahasa Indonesia.

4.      Penutup

Sebuah kalimat dalam suatu bahasa mestilah mengikuti kaidah-kaidah dari tata bahasanya. Jika menyimpang dari kaidahnya itu maka dapat diketahui bahwa itu kegramatikannya dipertanyakan. Dengan demikian adanya aturan dalam sebuah tata bahasa dapat juga disebut dengan aturan linguistik. Suatu tata bahasa itu merupakan representasi dari sebuah kegramatikalan kalimat-kalimatnya. Dalam hal ini, seperti apa yang dibahas dalam jurnal ini, membahas aturan lesap atau tidaknya objek dalam bahasa Indonesia. Namun demikian, lesapnya objek di sini bukanlah tanpa alasan. Lesapnya objek dalam hal ini diketahui karena masyarakat penutur bahasanya sudah mafhum dengan apa yang eksplisit dinyatakan dalam bentuk objek. Apabila suatu tata bahasa mampu menggambarkan kemampuan penutur bahasanya maka kalimat-kalimat yang dihasilkan pun mestilah mengikuti kaidah gramatikal.


Daftar Pustaka

Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Badudu, J. S. 2001. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: CV Nawaputra.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chomsky, Noam. 1957. Sintactic Structures. The Hague: Mouton

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. “Verba Transitif dan Objek Dapat Lesap dalam Bahasa Indonesia”  dalam Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, 69-75

Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

---------. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan. M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Silitonga, Mangasa. 1988. Pengantar Tata Bahasa Transformasi. Depdikbud

Tarigan, Henry Guntur. 1989. Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik. Bandung: Angkasa.

Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Lingguistik. Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.








Tulisan Populer