Jika Guru Menulis II

Ardi Mulyana H.



aku tidak menyukaimu jika engkau berkata "tidak"

sebab di papan tulis aku selalu menulis tentang budi pekerti yang luhur

anak-anak, wajahmu polos, tak sama dengan hidupku yang rumit

tahukah engkau

aku begitu sulit membedakan antara anak kandungku dan kalian muridku

aku menyayangi kalian dengan segala keterbatasanku

maka aku berharap kelak

jangan pernah lupakan aku meski aku tlah tiada

dan esok lusa jika aku mati

aku ingin hidup lagi bersama sehelai puisi tentangku

yang mencerita tantang getirnya pahit hidup ini

namun, anak-anakku, aku kan menjadikan kalian pujangga-pujangga baru di indonesia ini

namun, anak-anakku, jangan lupa kalian mengenang guru-guru kalian

laksana air yang tak lelah tetap basah

hidupku, pengabdian bagi kalian demi bangsa ini

yang menjadikan keindahan dari kembang setaman

sebab aku telah mewariskan senyuman di bibir kalian



Garut, November 2010

Jika Guru Menulis

Ardi Mulyana H.



pena ini sampaikan sejuta rasa

kalimat-kalimat yang memuakkan

sebab aku telah haram di telingamu

tanganku menulis, dan mataku bersimbah air mata

mengekalkan kegilaan dengan menodai sehelai kertas

bujuk rayu serta amarah kan mengumbar kesakitan

maka dengan sepatah kata yang diambil dari benua sunyi

aku menuliskan syair ini

dan pada tempo kita bertemu

kau menjatuhkan cintaku pada lembah yang kelam

sebab, karena itu aku terjerumus pada penjara nista

tapi, rinduku padamu tiada bertepi dan padam

laksana debur ombak pangandaran kala pagi memancar

--perasaanku mati--

saat kau memeluk hasrat yang lain

kini hinaan serta cacian mengalungi raga ini

Tuhan, dengarlah, aku bukan seorang pujangga

yang meninggalkan jejak tulisan di hatinya

yang sampai mana pun kan kutak bisa menulis rahasia ini

meski horison garut keramp menyemai harapan

Tuhan, di garut swis van java kini aku tidur

menyingkap malam dari tabirnya

kedamaian serta kegalauan dari naskah drama yang kutulis

hanya berbeda sangat tipis

pada dia Tuhan aku memandang cinta

pada dia aku menjatuhkan cinta yang murni

laksana air mata ibu yang memiliki cinta

telah usang aku merundung kesedihan

dan telah keropos pula mata ini hilang airnya terkuras oleh rindu

Tuhan, dengarlah, aku bukan seorang pujangga

yang menulis sajak-sajak cinta

--perasaanku mati--

dan aku bersumpah di atas bau amis darah ini

aku kan membuat naskah drama tragedi tentang kita seperti shakespeare dengan romeo julietnya

namun sayang, aku bukanlah pujangga

tapi, jika kumau, aku kan hidup membahagiakan semua orang dengan tulisan-tulisanku



Garut, November 2010

Jalan-jalanMu

Ardi Mulyana H.

saatnya kita,
menghargai waktu yang lima
saatnya kita,
menuju haribaan-Nya
sekarang!

Garut, 05-11-2010

Rencana Bencana

Ardi Mulyana H.

bumi senantiasa menghebat
abu dan lahar
bersilaturahmi bersama kita
membentuk badai

Garut, 04-11-2010

Balebat Genyas Tresna (kumpulan sajak nu sakaeling)

Ku Ardi Mulyana H.

jungjunan, iraha bae urang patepang?
tong lila teuing lir gulidagna cai kasaatan

Garut, 02-11-2010

Duriat (kumpulan sajak nu sakaeling)

Ku Ardi Mulyana H.

tukuran ieu sajak ku tresna anjeun
beh kuring bisa mapaes rasa nu baheula tumpur

Garut, 02-11-2010

Nyai, Kuring Sono (kumpulan sajak nu sakaeling)

Ku Ardi Mulyana H.

da enya sono lir cahaya nu mentrang nyaangan hate
na nyai, anjeun di mana?

Garut, November 2010

Harewos Inohong (kumpulan sajak nu sakaeling)

Ku Ardi Mulyana H.

"ke bakal nyejahtrakeun rahayat
ke bakal sagala murah" cenah
teuing ayeuna mah

Garut, November 2010

Neng Geulis (kumpulan sajak nu sakaeling)

Ku Ardi Mulyana H.

geulis, pangmacakeun sajak tresna kuring ka anjeun
kieu, "abi bogoh ka akang"

Garut, November 2010

Megana Kayas (kumpulan sajak nu sakaeling)

Ku Ardi Mulyana H.

angin nu ngahiliwir ngoyageun ciibun nalika subuh
kos sono kuring ka manehna

Garut, November 2010

Tulisan Populer