Kakawihan Kaulinan Barudak: Aspek Budaya Sunda yang Terlupakan

Ardi Mulyana Haryadi

Bang kalima gobang...bang
Bangkong ditengah sawah..wah
Wahéy tukang bajigur...gur
Guru sakola désa....sa
Saban poé ngajar...jar
Jarum paranti ngaput...put
Putri anu gareulis....lis
Lisung kadua halu....lu
Luhur kapal udara....ra
Ragrag di Jakarta.....ta
Taun sabaraha....ha
Haji rék ka Mekah....kah
Kahar tujuh rébu....bu
Buah meunang ngala....la

Kakawihan dalam konteks kesundaan merupakan lagu pengiring sebuah permainan anak-anak Tatar Sunda. Tentu, kakawihan merupakan bagian dari produk sebuah kebudayaan. Karena itu, bahasa dan budaya adalah dua aspek yang saling mempengaruhi. Bagi masyarakat bahasa, aspek kebudayaan merupakan temali yang saling berhubungan. Hilangnya sebuah kebudayaan, maka hilang juga bahasa yang mengiringinya. Misalnya permainan sondlah sudah sangat jarang terlihat, maka istilah cebrek, depot, lasut juga hilang. Maka dari itu, hilangnya eksistensi sebuah kebudayaan biasanya digantikan oleh eksistensi kebudayaan lain. Disadari atau tidak, kebudayaan semakin lama akan mulai bergradasi mengikuti perkembangan zaman. Seyogianya, pemertahanan budaya dapat dilakukan dengan pelestarian bahasanya. Upaya pelestarian bahasa tidak bisa dilakukan individu per individu. Tetapi butuh usaha kolektif dari semua masyarakat bahasa untuk menyadari betapa pentingnya hal tersebut. Sayang kan, jika kita melihat kebudayaan dan bahasa yang mengiringinya mulai pensiun dari peradaban.

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer