Sembilan Puisi yang taktermuat


Ditinggal Pergi

Ardi Mulyana Haryadi

Apa yang menjadi aroma wangi di antara kita?
Datang kau senyum
Pulang kau sendu
Adakah duri yang mengganjal sayang?

Dan bumi apakah ini?
Jika hati telah seperti tanah yang lelah dikeruk industri
Mungkin esok aku kan berlari mengejar mimpi
Tapi hatiku sangatlah lelah

Garut, 2011

Mengadu

Ardi Mulyana Haryadi

Dari perasaan yang tercabik
Dari jiwa yang setengah mati
Nanti, kita pun mati

Kita pun menghadap-Nya
Maka, demikianlah sikap kita
Di bumi dari langit yang berubah karena tingkah kita

Garut, 2011

Seuntai Malam

Ardi Mulyana Haryadi

Demi kagalauan,
Yang datang dari benua kesunyian
Yang datang atas izin-Nya
Maka dari langit yang tersenyum
Menumpahkan air matanya
Membentuk pusara-pusara

Menghanyutkan manusia
Menghanyutkan manusia
Ya, dengan amarah-amarah dunia

Garut, 2011

Lebur

Ardi Mulyana Haryadi
Waktu turun dengan auranya
Menghinggap di antara relung pikiran manusia
Membawa selaksa kegembiraan
Membawa selaksa kepedihan
Manusia, mempunyai dua rasa tersebut
Jika yang satu melanda
Yang satunya lagi tengah menanti kita

Garut, 2011

Nyahlah

Ardi Mulyana Haryadi

Luka terbalut air asin ini
Terlalu memuakkan
Terlalu pedih

Aku terbang dengan kata-kata setinggi langit
Lantas aku menjatuhkan diri
Supaya perih ini bercumbu dengan luka

Lantas, seperti apakah nafsu dan amarah itu?
Meski akulah nafsu dan amarah itu
Karena kau, nayahlah!

Garut, 2011

Maka Itu

Ardi Mulyana Haryadi

Dari hari yang akan habis,
Di akhir kita menutup amalan kita
Entah sayang entah cinta
Entah baik entah buruk

Adakah pribadi yang turun dari gunung
Membagi-bagikan hatinya
Seperti si dermawan pada si papa
Seperti bunga dan musim semi

Maka itu,
Apakah ini?
Apakah kita?
Siapakah kita?
Padahal kita adalah bagian dari cinta-Nya

Garut, 2011

Ke Mana Cinta Kita?

Ardi Mulyana Haryadi

Tujuan orang memanglah berbeda
Ada yang mencari dunia dalam dunia
Ada yang mencari ilmu dalam dunia
Bahkan ada pula ada yang mencari zamrud

Sebenarnya, semua itu adalah ilmu dari-Nya
Karena memang kehidupan itu adalah didikan-Nya
Sama sekali kita tak patut bertanya
“Apakah aku ini?”

Garut, 2011

Menghilang

Ardi Mulyana Haryadi

Lebih baik menguasai jiwa
Daripada menguasai manusia
Yang sebetulnya jiwa itu adalah manusia

Dan apa pula yang terkandung dalam perasaan manusia
Selain susah dan senang
Mereka seperti angin dan hujan

Garut, 2011


Jemu

Ardi Mulyana Haryadi

Siksa cinta yang terekam
Di dalam benak kita kasih
Waktu seakan menarik pelatuknya dengan cepat

Memilih hati dengan rasa rindu yang meracau
Apakah semua terjadi memanglah harus terjadi
Seperti, matilah pada waktunya!

Garut, 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer