Pengantar Penelitian Kualitatif


Oleh Ardi Mulyana Haryadi

A.    Pendahuluan
Penelitian merupakan hal wajib dalam kegiatan akademik. Setiap akademisi dituntut untuk menghasilkan sebuah penelitian di bidang keilmuannya. Tanpa sebuah penelitian apalah artinya akademisi itu. Ibaratnya penelitian itu merupakan mata pisau yang siap memutus mata rantai permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia. Untuk apa penelitian itu hadir? Ya untuk membantu menyelesaikan permasalahan. Dalam kegiatan meneliti seseorang mutlak untuk bernalar dan mendayagunakan pengetahuannya guna menghasilkan suatu temuan yang bermanfaat. Sebuah penelitian hadir karena adanya suatu permasalahan yang menuntut kita untuk memecahkannya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia sebagai makhluk yang berpikir mampu memperoleh ilmu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuan itulah manusia memecahkan masalahnya. Segala permasalahan di muka bumi ini tidak akan selesai-selesai. Dan itu berarti juga penelitian-penelitian akan terus hadir sebagai penyeimbang. Masalah sangat mudah ditemukan di sekitar kita apalagi berkenaan dengan permasalah bahasa (linguistik). Kita hanya sedikit untuk lebih peka dalam menemukannya. Oleh karena itu ada tiga hal yang mesti diperhatikan dalam mencermati permasalahan bahasa: (1) penguasaan ilmu bahasa, (2) rela mengorbankan waktu demi mencari data bahasa yang hendak diteliti, dan (3) mau menulis (melakukan penelitian). Permasalahan bahasa dalam kehidupan manusia merupakan realita yang sangat sulit dihindari. Realita semacam ini memerlukan pemikiran yang sangat mendalam. Dan pemikiran tersebut merupakan perbedaan sudut pandang. Inilah rupanya yang dimaksud oleh Saussure (1916: 23) “… c’ est le point de vue qui cree l’ objet…” (…adalah sudut pandang yang menciptakan objek penelitian…). Sudut pandanglah tangan pertama yang menggerakkan sebuah ancangan dalam paradigma penelitian. Tentu saja dalam penelitian bahasa mutlak diperlukan teori. Dengan demikian peran teori dalam penelitian bahasa dapat diperikan dengan empat hal berikut: (1) sebagai pola dasar pemikiran dalam wacana keilmuan bidang bahasa; (2) pemikiran menjadi awal mula sudut pandang; (3) sudut pandang merupakan gagasan utama dalam penelitian; dan (4) penelitian menjadi semacam palu gada yang dapat memecahkan masalah bahasa. Oleh karena itu seorang peneliti bahasa yang baik adalah seorang peneliti yang mau bersusah payah terjun ke lapangan. Di bawah ini akan dipetakan pandangan filosofis terhadap aktivitas penelitian. Creswell (2010: 7) menggambarkan sebagai berikut:
Beberapa Pandangan                                         Strategi-strategi Penelitian Dunia Filosofis
Post-positivis                                                         strategi-strategi kulitatif (seperti etnografi)
Konstruksi sosial                                                   Stategi-strategi kuantitatif (seperti eksperimen)
Advokasi/partisipatoris                                         Strategi-strategi metode campuran (seperti sekuensial
Pragmatis
Rancangan-rancangan Penelitian
Kualitatif
Kuantitatif
Metode campuran
Metode-metode Campuran
                                                Pertanyaan-pertanyaan                                
Pengumpulan data
Analisis data
Interpretasi
Laporan tertulis
Validasi
Gambar 1.1 Kerangka Kerja Rancangan Penelitian—Relasi antara Pandangan Dunia, Strategi-strategi Penelitian, dan Metode-metode Penelitian
Tabel 1.1 Karakteristik Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Aspek
Kualitatif

Kuantitatif
Fokus penelitian
Kualitas (hakikat, esensi)

Kuantitas (berapa banyak)
Akar filsafat
Fenomenologi, interaksi simbolik

Positivism, empirisme logis
Frase terkait
Kerja lapangan, etnografi, naturalistic, grounded, subjektif

Eksperimen, empiris, ststistik
Tujuan
Pemahaman, deskripsi, temuan, pemunculan hipotesis

Prediksi, control, deskripsi, konfirmasi, pembuktian hipotesis
Desain
Kenyal, berevolusi, mencuat

Ditentukan, terstruktur
Latar
Alami, akrab

Tidak akrab, buatan
Sampel
Kecil, tidak acak, teoretis

Besar, acak, representatif
Pengumpulan data
Peneliti sebagai instrument inti, interviu, observasi

Bukan manusia (skala, tes, survai, kuesioner, komputer)
Modus analisis
Induktif (oleh peneliti)

Deduktif (oleh metode statistik)
Temuan
Komprehensif, holistic, ekspansif

Persisi, sempit, reduksionis












Source: Merriam, 1998: 18 (diadaptasi oleh Alwasilah, 2009: 92)

B.     Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma lazim dipadankan dengan pandangan berpikir. Namun pada hal penelitian kualitatif definisi tersebut tidaklah sesederhana itu. perlu adanya penekanan terhadap pendalaman data, pengetahuan peneliti, dan bahkan sesekali intuisi sering ikut terlibat. Alwasilah (2009: 77-78) memberikan dua pandangan tentang paradigma, yaitu (1) seperangkat bentuk yang berbeda-beda dari sebuah kata seperti pada ungkapan verb paradigm; sehingga muncullah istilah hubungan paradigmatic atau paradigmatic relationship, (2) jenis sesuatu, pola, atau model seperti pada ungkapan  a paradigm for other to copy. Dengan demikian paradigma juga dapat dikatakan sebagai unsur utama peneliti beserta cara pandangnya terhadap permasalahan yang akan ditelitinya. Paradigma diisi dengan seperangkat asumsi, teori, konsep, dan proposisi (lihat Alwasilah, 2009). Istilah paradigm dapat juga dipadankan dengan sebuah perspektif. “Perspektif adalah suatu kerangka konseptual (conceptual framework), suatu perangkat, asumsi, nilai, atau gagasan yang mempengaruhi persepsi kita, dan pada gilirannya mempengaruhi cara kita bertindak dalam suatu situasi” (Mulyana, 2006: 16). Pendapat tersebut diperkuat oleh Tucker et al., dalam Mulyana (2006: 16), “Suatu paradigma adalah suatu pandangan dunia dalam memandang segala sesuatu, paradigm mempengaruhi pandangan kita mengenai fenomena, yakni teori.”  Tetapi “ah Cuma teori.” Tentu saja teori mutlak diperlukan. Tanpa teori dalam sebuah paradigma penelitian bagaikan pisau tumpul. Teori digunakan oleh peneliti untuk membelah permukaan masalah dan membedah isinya. Dan dari isi tersebut dapat digunakan sebagai parameter untuk menentukan langkah berikutnya. Peran teori di sini berarti memandu peneliti agar berjalan sesuai dengan alurnya. Lincoln dan Guba (1985: 39-43; dalam Alwasilah, 2009: 78-79) memberikan batasan mengenai paradigm penelitian kualitatif sebagai berikut:
-          natural settings (latar tempat dan waktu penelitian yang alamiah),
-          human as primary data-gathering instruments (manusia atau peneliti sendiri sebagai instrument pengumpul data primer),
-          use of tacit knowledge (penggunaan pengetahuan yang tidak eksplisit),
-          qualitative methods (metode kualitatif),
-          purposive sampling (pemilihan sampel penelitian secara purposive),
-          inductive data analysis (analisis data secara induktif atau bottom-up)
-          grounded theory (teori dari dasar yang dilandaskan pada data secara terus-menerus),
-          emergent design (cetakbiru penelitian yang mencuat dengan sendirinya),
-          negotiated outcomes (hasil penelitian yang disepakati oleh peneliti dan responden),
-          case-study reporting modes (cara pelaporan penelitian gaya studi kasus),
-          idiograpiphic interpretation (tafsir idiografik atau kontekstual),
-          tentative application of findings (penerapan tentative dari hasil penelitian),
-          focus-determined boundaries (batas dan cakupan penelitian ditentukan oleh focus penelitian), dan
-          special criteria for trustworthiness (mengikuti criteria khusus untuk menentukan keterpercayaan dan mutu penelitian).

1.      Tujuan Penelitian dan Pertanyaan Penelitian
“Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian” (Creswell, 2010: 167). Tentu saja peneliti mempunyai tujuan dalam melakukan penelitiannya. Tanpa tujuan atau niat maka bisa dikatakan tidak akan ada kegiatan meneliti. Dengan demikian tujuan dari sebuah penelitian sedemikian pentingnya guna mencapai hasil yang diinginkan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut maka diajukanlah pertanyaan-pertanyaan penelitian. “Tujuan utama untuk terjun dalam penelitian ialah untuk menjawab pertanyaan penelitian” (Bailey, 2007: 4). Adapun Alwasilah (2009: 84) mengemukakan empat tujuan penelitian, yaitu:
-          Apa sebenarnya yang ingin anda ketahui dari penelitian ini?
-          Apa yang belum anda ketahui ihwal objek objek penelitian ini?
-          Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingi anda jawab dengan penelitian ini?
-          Bagaimanakah keterkaitan antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lainnya?
Dengan demikian, antara tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian ibarat dua sisi keeping mata uang. Antara satu dan yang lainnya tak dapat dipisahkan. Jika seorang tidak ada salah satu di antaranya, akan kosong molongpong atau tak ada isinya.

2.      Data

Gaining access and making rapport

Locating site/Individual
“Untuk menjawab penelitiannya para peneliti mengumpulkan data yang utama melalui observasi dan interaksi yang sitematis” (Bailey, 2007: 4). Tanpa adanya usaha tersebut maka data yang diharapkan sebagai bahan penelitian akan tidak teratur. Dan bahkan juga tidak menunjang tujuan penelitian yang ingin dicapai. Peneliti mengambil data sebagai bahan mentah untuk diolah dan diproduksi dengan bantuan teori yang relevan sehingga menghasilkan hasil yang komprehensif. Pengambilan data menjadi hak mutlak peneliti dalam menentukan sumber atau tempat pengambilan datanya. Data-data tersebut bisa berupa hasil observasi, wawancara, angket, dsb. Di bawah ini akan diperikan proses gambaran pengumpulan data. Creswell (1998: 110) menggambarkan sebagai berikut:

Storing data
                                                     

Resolving field issues

Recording information

Collecting data

Purposefully sampling
 









Gambar 1.2 Data Collection Activities

3.      Analisis Data Kualitatif
Peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data dan mengelompokkannya berdasarkan kategori yang dibuat oleh peneliti tersebut. “Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh menunggu dan membiarkan data menumpuk, untuk kemudian menganalisisnya” (Alwasilah, 2009: 158). Creswell (2010: 274-276) mengemukakan mengenai analisis data kualitatif sebagai berikut:
-          Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.
-          Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan.
-          Analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah seringkali menjadi model analisis yang umum digunakan.
-          Meskipun perbedaan-perbedaan analisis ini sangat bergantung pada jenis strategi yang digunakan, peneliti kualitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang umum dan langkah-langkah khusus dalam analisis data.
Untuk mempertajam pemahaman maka di bawah ini akan diberikan gambaran mengenai analisis data kualitatif.









Memvalidasi keakuratan informasi

Menginterpretasikan tema-tema/deskripsi-deskripsi

Menghubungkan tema-tema/deskripsi-deskripsi (seperti grounded theory, studi kasus)

Men-coding data (tangan atau komputer

Tema-tema

Deskripsi

Membaca keseluruhan data

Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis

Data mentah (transkripsi, data lapangan, gambar, dan sebagainya)
 
































Gambar 1.2 Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif
Source:  Creswell, 2010: 277

C.    Karakteristik Penelitian Kualitatif

Setiap penelitian itu tentulah mempunyai karakteristik-karakteristik yang khas dan membedakan ciri dengan jenis penelitian lainnya. Begitu pula dengan penelitian kualitatif. Bogdan dan Biklen (1982: 27-30) mengemukakan lima karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut: (1) natural setting (latar alamiah) sebagai sumber data langsung, (2) peneliti sebagai instrumen, (3) bersifat deskriptif, (4) lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan (5) analisis data secara induktif, grounded theory.

1.      Latar Alamiah
Penelitian kualitatif mengambil latar yang alamiah sebagai sumber langsung pengambilan data-data yang ada berdasarkan fakta di lapangan. Peneliti mencari data yang menarik dan relevan sesuai dengan penelitiannya.

2.      Peneliti Sebagai Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan data dan penganalisisan data. “Peneliti sebagai instrument kunci (researcher as key instrument); para peneliti kualitatif mengumpulkan data sendiri melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara dengan partisipan” (Creswell, 2010: 261). Dengan demikian peneliti bisa melampaui ekspektasi sesuai keinginannya dengan catatan tidak keluar dari alur penelitian kualitatif.

3.      Bersifat Deskriptif
“Bersifat penafsiran (interpretive); penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk penelitian interpretif di mana di dalamnya para peneliti kualitatif membuat suatu interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami” (Creswell, 2010: 262). Oleh karena itu peneliti membuat tafsiran mengenai data atau fenomena dengan proposisi-proposisi.
4.      Lebih Mengutamakan Proses daripada Hasil
Peneliti lebih cenderung mementingkan proses dalam penelitian dibandingkan hasilnya. Karena itu peneliti memandang proses secara deskriptif apa adanya. “Penekanan pendekatan kualitatif pada proses sangat relevan dan berguna dalam penelitian pendidikan” (Bogdan dan Biklen, 1982: 29; Burgess, 1985, 8).

5.      Grounded Theory
Peneliti menganalisis data dengan cara induktif. Dalam hal ini peneliti mengambil simpulan sebuah teori berlandaskan dari hasil data terus-menerus. Dari hasil seberupa teori tersebut dapat menjelaskan bidang yang sedang diteliti.

D.    Pendekatan Penelitian Kualitatif
Creswell membagi lima jenis pendekatan dalam penelitian kualitatif yaitu biografi, fenomenologi, grounded theory, studi kasus, dan etnografi. Dari kelima pendekatan tersebut memiliki persamaan perspektif ilmu humaniora tetapi juga memiliki perbedaan-perbedaan di dalamnya. Di bawah ini akan dijelaskan satu per satu secara singkat.

1.      Biografi
“Biografi merupakan penelitian tentang pengalaman hidup seseorang yang diceritakan kepada peneliti atau dokumen yang ditemukan atau arsip” (Fraenkel and Wallen, 2008: 427). Peneliti biografi mesti memusatkan seluruh perhatiannya terhadap langkah-langkah data yang sesuai atau berurutan waktu. Data yang didapat harus benar-benar sesuai dengan fakta yang terjadi. Penelitian biografi ini pun dapat dikatagorikan ke dalam beberapa jenis yaitu, biografi seseorang, autibiografi, sejarah lisan atau dikenal dengan folklor—ada juga yang menyebut dengan wiracarita. Ada beberapa faktor menurut Fraenkel and Wallen (2008: 428) yang dianggap sulit dalam penelitian biografi ini yaitu:
-          Peneliti mesti mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan seakurat mungkin tentang subjek penelitiannya.
-          Peneliti mesti memahami permasalahan dengan jelas tentang periode historis untuk memosisikan subjek pada masa lalunya.
-          Peneliti membutuhkan mata yang tajam guna menelaah aspek dari subjek yang diteliti.
-          Peneliti mesti merefleksikan dirinya sendiri terhadap subjek yang diteliti.

2.      Fenomenologi
“Peneliti merangkul pendekatan fenomenologi sebagai variasi dari reaksi penelitian terhadap fenomena yang ada (sebagai contoh pengalaman guru di sekolah)” (Fraenkel and Wallen, 2008: 428). Fenomena juga menjadi sumber ideu utama dalam jenis penelitian ini sehingga peneliti merasa tertarik terhadapnya. “Fenomenologi mengkaji struktur-struktur kesadaran pada pengalaman manusia” (Polkinghorne, 1989; dalam Creswell, 1998: 51).

3.      Grounded Theory
Peneliti dengan penelitiannya berupaya memperoleh teori berdasarkan dari data-data yang didapat. Dan ini dilakukan secara intens. Data dari penelitian didapat dari fenomena yang merupakan bahan-bahan mentah pembuatan sebuah teori. Hasil dari kajian ini salah satunya guna mengkaji penelitian di dalam bidang yang serupa. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, wawancara kelompok, serta peneliti bertindak sekaligus sebagai partisipan.

4.      Studi Kasus
Studi kasus memiliki tingkat kesulitan lebih daripada yang lainnya. Studi kasus beorientasi pada subjek yang memiliki permasalahn unik. Dan itu mestilah segera mungkin ditemukan jalan keluarnya. Lincoln dan Guba (1985; dalam Alwasilah, 2009: 273-274) menyebut tiga syarat bagi penulis studi kasus sebagai berikut.

Pertama, penulis seyogianya memiliki keterampilan menulis di atas rata-rata. Menulis studi kasus bagai menulis fiksi saja, tetapi tidak murni fiksi sebab ini adalah pelaporan ilmiah. Kedua, penulis terbuka atas segala kritikan dan saran dari orang lain. Laporan studi kasus bukan saja mirip fiksi, tapi juga melaporkan kebenaran ilmiah yang terbuka bagi kritik agar laporannya terpercaya. Ketiga, penulis adalah seseorang yang betul-betul menjiwai kasus yang dilaporkannya.

Selain itu juga, Lincoln dan Guba (1985; dalam Alwasilah, 2009: 274) menyarankan enam panduan sebagai berikut:
-          Penulisan bergaya formal.
-          Penulisan tidak bernada interpretif atau evaluative kecuali pada bagian yang diniati demikian.
-          Peda penulisan draf pertama harus diantisipasi adanya pelaporan secara berlebihan karena segala sesuatu dimasukkan (overinclusion) kaerna hamper semua temuan dilaporkan—karena takut kehilangan data  yang mungkin berharga.
-          Penulis harus menjaga kerahasiaan responden dan lembaga sebagi sumber data.
-          Penulis harus membuat catatan audit (audit trail).
-          Penulis harus menentukan kapan pelaporan harus berhenti.

5.      Etnografi dan Historis
Penelitian etnografi melibatkan budaya. Demikian halnya jika berbicara tentang etnografi berarti juga berbicara tentang budaya. Dan penelitian historis berpusat pada studi tentang masa lalu.


Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Bailey, Carol S. 2007. A Guide to Qualitative Field Research. California: Sage Publication Company.
Bogdan, R. C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon.
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Tradition. USA: Sage Publications.
Cresswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fraenkel, Jack & Wallen, N. 2008. How to Design and Evaluate Research. San Fransisco: McGraw-Hill Book Co.
McMillan, J. & Schumacher, S. 2001. Research in Education. New York: Longman
Mulyana, Dedi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Tulisan Populer