Isu-isu Seputar Morfologi (Bagian I)


Oleh Ardi Mulyana Haryadi

Sejatinya, perkembangan bahasa dewasa ini mengalami perkembangan yang pesat. Dalam tahap ini, bahasa bersifat dinamis karena berkembang mengikuti zamannya. Oleh karena itu, di samping perubahan yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Salah satunya terjadi di dalam morfologi sebuah bahasa. Maka di bawah ini akan dipaparkan beberapa contoh fenomena seputar isu-isu morfologi.

1.      Interferensi morfologi: realisasi morf dan alomorf
Mendownload, mengupdate, mengeprint, menscan, dilieurkan, melahirkeun, diprint-out, ngahp, mengcopy, ngaheaden, ngainstal.

2.      Morfem suprasegmental: nada, tekanan, nada, dan durasi
Tahu dan nyaho (menyatakan tidak tahu dengan unsur suprasegmental).

3.      Komposisi
Bandung style, agar supaya, duka teuing, masakan seafood.

4.      Faham struktural vs Faham Deskriptif/Transformasional
Akmajian, et al, (2001: 28) mengatakan, “Kata bisa mengalami perubahan berdasarkan kategori gramatikal.” Faham Struktural menganggap kata yang belum lazim tidak bisa mengalami proses morfologis, sedangkan Faham Deskriptif/Transformasi sebaliknya. Asalkan mengikuti kaidah keberterimaan gramatikal, itu boleh-boleh saja.
Mematahari, mengular, menggunung, mencacing, mengaum, menyungai, menganak sungai, pengejet, mengejet, mematung, mengursi, membising, pempuisian, keberpuisisundaan, ketidakberterimaan, membuaya, pengata, pengarya, perajin vs pengrajin.

5.      Status morfem zero
Beliau jadi pemateri utama dalam pembukaan Conaplin 4.
Polisi tangkap pelaku rusuh di Bandara Soekarno-Hatta.
Status morfem {jadi} dan {tangkap} yang menjadi predikat tidak diimbuhi prefiks me- dan ini lazim terjadi di dalam ragam bahasa jurnalistik.

6.      Asimilasi (lesap) dalam morfologi bahasa Sunda
Kem/b/ang, kolom/b/eran, ken/d/ang, sen/d/al, tun/d/uh, nun/d/utan, em/b/ung, ngan/d/elkeun,  kuatà kot, kawas à kos (fonologis /u/a/ dan /w/ bertransformasi jadi /o/).

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer