Kumpulan Catatan Sederhana yang Kutulis dalam Kertas Kecil yang Sering Kubawa ke Mana-mana


engkau tlah merenggut wajahmu sendiri
hingga sirna dari tatapanku
pergi di petang kehidupan
mematikan pelita yang engkau sulut di hati ini
kasihku mengucur deras menggenangi seluruh jiwa
karena engkau tlah pergi mencerabut penyangga rindu ini
banyak yang engkau lakukan,
kecuali satu
engkau tak lagi menjadi kekasihku

(ardimulyana)

Lebih baik aku kehilangan dirimu
daripada aku harus kehilangan selembar kertas yg berisi puisi tentang betapa rindunya aku padamu.

(ardimulyana)


dialah embun yg jatuh dari ujung daun
berbagi dingin di halaman luar

dan buliran hujan berlarian di awal pagi
bergembira karena sinar mentari tak jatuh menimpa bumi terhalang mega
maka, kampong-kampong dekat rumahku sunyi senyap seperti wajahmu, senyap dan dingin
(ardimulyana)


Bekerja di paruh waktu bersama kata-kata.
Berkeluh naik menjulang ke cakrawala:

O, Pagi berangkat bertaruh nyawa.
Siang pulang berlumur darah.
Sore mencenung bersama kata-kata.
Malam mengkaji tetulis dari benua kesunyian.
Adalah rutinitas yg dekat dgn kematian-kematian.
Maka tak pantaslah kita congkak di atas bumi-Nya.
Dan semata-mata status ini hadir untuk-Nya.
Dari kami setetes riak di samudra
(ardimulyana)


Berkata-katalah sesukamu, ayo ungkapkanlah, tuturkanlah. Dan aku akan menyimaknya. Lantas, jika engkau mau. Aku 'kan menuliskan biografimu, dengan begitu dunia mengakui keberadaanmu "wahai orang-orang gila yang tercampakkan dan hidup di jalanan".
(ardimulyana)


ke mana daku berlayar?
sedang, sauh dilego buritan keropos
ah, samudra yg membingungkan
(ardimulyana)


Bentang tingbaranang taya mega nu ngahalangan ngaropea raga nu mesat ngapung ka awang-awang
anjeun datang kuring balik

kuring datang anjeun balik
ahirna paamprok jonghok patepang lawuh na mega peting ayeuna
(ardimulyana)


Berkemas menggunjing waktu.
Pergi ke hulu berangkat pagi buta.

Jalan menanjak penuh derita.
Duhai senang menuju puncak.
Hendak berburu menyentuh langit.
Waktu berkelahi dgn zaman.
Guna memetik secangkir embun.
Betapa pun hebat dan laknat.
Semua raga hilang kembali ke liang lahat.
(ardimulyana)


Pena, dia membagi rindunya pada sehelai kertas.
Serta, angin memilir menebak rambut sang penyair.

Udara berlarian menuju nafas-nafas perasaan.
Antara kertas, pena, dan penyair membagi rindu.
Menggugah semesta kecewa dgn kata-kata.
Dan bulir hujan berbagi dingin di luar jendela.
(ardimulyana)


engkau memintaku menuliskan sebuah kalimat
maka, tak hanya sebuah kalimat yg kutulis

tentunya, sebuah wacana antara engkau dan aku dalam tata bahasa
engkau pernah marah, karena kuberi surat cinta tapi isinya tentang soal-soal
kebahasaan
tertukar dengan tugas-tugasku!
maklumilah aku duhai, atau engkau ingin aku bahasakan?
atau engkau ingin kubuatkan sebuah hipotesis tentang maknawi ungkapan rindumu?
(ardimulyana)


Mentari, dia yg tergelincir di ufuk barat.
Warna cahayanya seperti lukisan menghampar menguning di atas Garut.

Warna itu seperti hendak menandakan gelora yg padam.
Sebuah lukisan pada kanvas ujung hari.
Dan indahnya gemawan mulai menjingga menari menangkap gelap ke peluknya.
Senja, dia mulai berbaur dgn mereka.
Mungkin hendak menelanjangi umur-umur manusia.
(ardimulyana)


Indit ti imah
ngaprak-ngaprak lembur

mapah, mapay-mapay galengan nu rareumis ku ibun kaheman nu rongkah
sono taya katepi ngudag lamunan
ah, rupa-rupa
cenah mah ulah ngarawu ku siku
tapi da ieu mah ngungudag rasa katresna si indung budak
duh mojang, kuring rek datang
ngalalayah tapi lain ku harta
ngan ku harti
cag ah mega Garut lulumpatan!
(ardimulyana)


Akhirnya, jalan itu terbuka. Kini saatnya mulai berbenah. Bekerja dgn fisik yg kuat, aku tak bisa. Kiranya, aku temukan pencarian mimpi yg selama ini kureguk melalui imajinasi dgn pena dan kertas. Biar aku memutarbalikkan fakta. Tunggu, tunggulah biar syahdu nadanya dlm simfoni gelora "ekspektasi" tertinggi.
(ardimulyana)


"Jika engkau menikah.
Aku adalah orang yg pertama kali akan menulis puisi jernih tentang cinta kalian berdua.

Seperti rindunya sunyi pada irama.
Laksana seruling mengecup si gembala di bawah horison kota Garut.
Agar kuretas segala tabir segala asmara.
Dan kisah kasih kalian mengarung melegenda."
(ardimulyana)


Aku pergi dari rumah bersama keputusasaan
~ah, lazuardi garut yg mewarnai rinduku~

~ah, pena dan lembaran kertas putih menjadi peluruh sukma~
dan aku kembali pulang ke rumah membawa harapan
(ardimulyana)


Maafkan segala kekuranganku.
Aku tak pandai berbicara.
Maka dari itu aku menuliskannya.
(ardimulyana)


Nenjo ka langit, haleumheum rek hujan.
Ret ka katuhu, kasenang.

Ret ka kenca, kasusah.
Ningali ka hareup, aya cita-cita nu gumantung mapaes hate.
Kahayang luyu jeng pamadeugan.
Enggoning kudu jadi 'cukang lantaran' kuring jadi jelema.
Saestuna, nincak wanci mustari bakal laksana.
Pangaweruh mibanda elmu basa.
Atuh tungguan, isuk pageto kuring aya dina tetenjoan kabagjaan.
(ardimulyana)


Ya Rabb!
Aku sangat amat tersiksa oleh sebuah kerinduan padanya

Maafkan aku
Jika aku memutar waktu

Ya Rabb!

Aku sangat amat tersiksa oleh kerinduan padanya
Bak kehilangan pembuluh darah
Sebentar mungkin mati

Ya Rabb!
Maafkan khilaf ini
Hadirkan dia kembali
Agar ketika aku mabuk dgn khamar aku disadarkannya
Ya Rabb!
Maafkan diri ini.
(ardimulyana)


Sebenarnya kematian itu menghampiri diri ini
Maka sejatinya setiap jalan yg kutempuh mendekatkan padanya

Seperti pula yg disampaikan awan pada tanah
Air membasahinya

Adalah jasad tak kekal bermaujud kan hilang

Pun roh darinya bertemu dgn hitung-hitungan
Di alam Barjah dan Akhirat
Kepada siapa daku mengadu?
Pada-Mu jua Ya Alloh tempat bersandar

Maka, matikan daku di jalan-Mu

Amin.
(ardimulyana)


Nada, Yang Digugu, dan Ditiru, Terang Bulan

rembulan, dia yang keji

memandikan dengan sinarnya yang lembut
bau nafasnya seperti kolak pisang atau kolang-kaling
 kejinya, sering merupakan suatu kelembutan yang nikmat
suara mengkeriknya jangkrik serta buayan angin dari alam
menambah pertempuran seperti perang dalam badai
menambah cahyanya selembut sutra namun mematikan
.....
(ardimulyana)


0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer