Kopi Susu

Oleh Ardi Mulyana Haryadi

anggun menerpa paras ratna kencana empat belas
kerlip mutumanikam, tampak mulai berbaris bebas
mengantai bercumbu mesra dengan hutan hujan perawan
membuat adidaya lain iri, walau mereka kawan
semilir oksigen yang masih syahdu nan merdu
merona dalam lazuardi senja yang kian melagu
mengingat nusa zamrud khatulistiwa, yang mengerling antara dua samudra
dari Swarnadwipa sampaikan Papua

semlohai! daku lirik dari segelas anggur
melihat pepohonan beton semakin mabuk dan tumbuh subur
disertai besi-besi bercat gilang-gemilang, baku melewat saling bersahutan
bersama kepulan dari cerutu mesin-mesin yang serba menawan
pun jelaga-jelaga riang berlarian melahap udara tanpa ampun
membuat sesak khatulistiwa laksana dicekik sang penyamun
pena-pena yang kehijau-hijauan di belantara raya lebur menjadi legenda
karena serakah tangan-tangan kreatif, hingga kopi susu tumpah dimana-mana

air mata khatulistiwa kian membeku
menemani es batu yang tinggal satu
mengganti kutub utara dan selatan yang pegah itu tlah meleleh
pun daku menangis pilu, ini semua tlah terperoleh
mana ada jiwa yang tak getir, melihat khatulistiwa yang kian renta
bayangkan, kemilau sutra madukara kian masuk buku-buku cerita
khas, berjejer rapi dalam rak perpustakaan
syahdan hari ini bercerita, esok dan lusa tinggal kenangan


Garut, Januari 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer