Guru dan Pengelolaan Kelas yang Efektif

Oleh Ardi Mulyana H.

            Ketika seorang guru berdiri di hadapan anak-anak didiknya, otomatis segala aktivitas yang terjadi di dalam kelas itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya guru tersebut. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru dituntut mempunyai suatu keterampilan baik dalam menyampaikan materi maupun mengelola kelas. Agar kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini didasari pengalaman penulis ketika melaksanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL)—merupakan prosedur utama yang harus dijalani untuk menjadi seorang guru. Peranan guru di depan kelas bisa dikatakan vital karena sebagai motivator sekaligus fasilitator. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Guru dituntut memiliki penguasaan terhadap kondisi (peserta didik) yang ada di lapangan. Kondisi individu para siswa sangat beragam, baik dari tingkat pengetahuan maupun tingkah lakunya. Maka dari itu,  ini harus dicermati dengan sedemikian rupa agar sebagai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan bisa menyelami kondisi psikologis siswa. Faktanya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, siswa selalu membawa masalah pribadi mereka ke dalam kelas sehingga dapat menggangu kegiatan belajar menjadi tidak efektif. Sudah sangat lumrah dalam permasalahan dunia pendidikan bahwa selalu ada saja siswa yang kurang baik polahnya—peranan guru di sini yang harus bisa mengendalikannya. Tentu saja pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara halus menggunakan perasaan, agar siswa tersebut bisa terkondisikan secara moral.
Seorang guru sudah kodratnya mempunyai kharisma dan wibawa baik dalam kapasitasnya sebagai tenaga pendidik maupun kapasitas sebagai anggota masyarakat. Dalam kapasitas sebagai tenaga pendidik, seorang guru harus mempunyai kompetensi akademis dan kecakapan, sedangkan dalam kapasitas sebagai anggota masyarakat guru harus bisa mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Sebelum menjadi tenaga pendidik sepenuhnya, calon tenaga pendidik tersebut dibekali oleh berbagai macam pengetahuan akademis, strategi maupun mental—yang didapat dari bangku kuliah. Ketika ilmu pengetahuan tersebut diamalkan di sekolah, tentunya seorang guru harus menguasai materi-materi yang akan disampaikan. Berlepas dari itu guru harus bisa memahami kondisi psikis siswanya agar tidak ada hambatan dalam penyampaian materi. Saat penyampaian materi berlangsung, terkadang siswa merasa jenuh dan tidak semangat dalam belajar. Maka selingi dengan humor-humor agar siswa tertawa dan kembali bersemangat dalam belajar—yang tentunya humor atau anekdot tersebut harus ada kaitannya dengan materi yang disampaikan. Pengalaman penulis mengatakan strategi ini cukup efektif untuk menghadapi kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Rasa humor merupakan salah satu modal untuk guru disamping dengan kemampuan akademis yang memadai.
Seorang guru harus kreatif dalam mengembangkan inovasi-inovasi yang tentunya berkaitan dengan kaidah pendidikan. Penerapan inovasi di dalam kelas bisa dilakukan untuk meng-efektifkan suasana belajar mengajar yang kondusif. Gaya dalam menyampaikan materi harus berbeda-beda agar tidak monoton tetapi ciri khas jangan sampai dihilangkan. Memang benar adanya yang terjadi di lapangan, membuktikan siswa yang suka terhadap gurunya akan lebih mudah memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Faktor-faktor yang membuat siswa suka terhadap gurunya sangat beragam di antaranya yaitu cara mengajar yang khas, lemah lembut tetapi berwibawa, bersahaja, sopan santun dalam beretika, tingkat penguasaan materi yang baik, menghargai semua orang, humoris dalam konteks yang mendidik, dsb—guru harus menyama-ratakan perlakuan terhadap peserta didiknya
Dalam konteks ruang lingkup pengelolaan kelas yang efektif haruslah mengacu terhadap kurikulum dan rencana pengajaran yang berlaku. Ada hal lain yang perlu dicermati yaitu bagaimana cara guru dalam menyampaikan materinya. Efektifnya kelas tidak lepas dari adanya komunikasi dua arah yang terjadi antara guru dan siswa. Dengan demikian adanya keterpaduan guru sebagai motivator dan fasilitator tanpa mengesampingkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Adanya tingkat perbedaan yang signifikan antara kelas/rombongan belajar yang satu dengan kelas yang lainya, hal ini sangat manusiawi karena perbedaan adalah Rahmat jika disikapi oleh pikiran yang jernih. Justru inilah ilmu yang tidak didapat dari bangku kuliah, karena mengetahui (seluk-beluk) perbedaan di lapangan adalah suatu pemahaman secara tidak langsung menjadi bekal utama untuk guru tersebut dalam mengajar dan mendidik. Guru serta komponen-komponen yang ada dalam dunia pendidikan. Dan unsur-unsur yang saling berhubungan dalam kaidah pembangunan mental positif peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, menjadi pekerjaan rumah yang serius untuk seorang tenaga pendidik. Peran serta generasi penerus tidaklah lepas ketika siswa tersebut dalam ranah sekolah di kelasnya efektif dalam pembelajarannya sehingga di dalam kehidupan yang sesungguhnya besar kecilnya dapat memengaruhi kecakapan hidupnya. Keberhasilan guru dalam mengelola kelas tidak lepas dari peran serta orang tua, sekolah, lingkungan, dsb. Maka dari itu sebagai tenaga pendidik harus memberikan contoh yang baik di dalam kelas dan di luar kelas guna kemajuan dunia pendidikan di Indonesia khususnya. Esensi (baca: hakikat) dari dunia pendidikan adalah mengasilkan kompetensi-kompetensi yang siap berkompetisi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tenaga pendidik kapasitasnya hanya sebagai motivator dan fasilitator—tetapi sumbangsih dari guru itu sungguh sangat penting dan patut diberi acungan jempol. Tak lain siswa setelah selesai menuntaskan pendidikannya mampu meng-aplikasikan pengetahuan yang didapat ketika bersekolah.
 Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat tenaga pendidik untuk lebih menambah kamampuan akademisnya, minimal S-1 untuk sepadan dengan kemajuan pendidikan. Apalagi jika guru atau tenaga pendidik berjenjang S-2 dan S-3 bukan tidak mungkin kelak Indonesia menjadi salah satu kekuatan baru dalam dunia Internasional karena dapat menghasilkan siswa sebagai generasi berkualitas siap bersaing. Semua ini merupakan tantangan untuk seorang guru, maka dari itu kita sebagai masyarakat pendidikan bersatu bahu-membahu guna mencapai keberhasilan sebagai bangsa yang bermartabat. Wallohualam bisshawab

Garut, Swiss van Java

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer