Naskah-naskah yang Ditolak
Muram
Dari yang berada jauh di negeri ini
Dari sungai-sungai yang pekat
Tersiar kabar yang tak bosan-bosan
Di mana rumah kami, di mana?
Udara pun turun dari singgasananya
Dan lazuardi hitam
Bertanya padaku:
“Adakah dunia lain yang bersih?”
Garut, 2011
Manusia yang Kudendangkan
Ardi Mulyana H.
Dari hari yang terik
Kulihat manusia saling mengejar satu sama lain
Menyayangi, melukai, dan semlohai nian mereka
Tapi, ada juga yang saling angkat senjata
Kukatakan pula, kita tak perlu mengangkat senjata
Karena rahasia terdalam kalian adalah penguasaan emosi
Seperti rahasia segala hati manusia
Maka, kutahu dunia diwarnai sandiwara tercanggih
Garut, 2011
Garut, Wajahmu Duhai Mojang
Ardi Mulyana H.
Dari mata yang berbinar
Dengan rona pipi yang menggoda
Ah, gemulainya,
Lenggak-lenggok di hatiku
Boleh kuminta wajahmu?
Untuk kukecup manisnya,
Ya manisnya seperti itu:
Seperti dodol garut
Garut, 2011
Untuk DR. Asep Nurjamin
Ardi Mulyana H.
Dulu, aku masih belumlah apa-apa
Sekarang pun masih belumlah apa-apa
Di ruang jurusan, tempo itu
Bapak memberiku kalimat sakti
Entah apa yang kukaryakan?
Entah sayang entah cinta
Dan tak perlu risau semlohai diriku sendiri:
Jika tak jadi guru, aku kan jadi penyair, bahkan kedua-duanya
Garut, 2011
Sifa
Ardi Mulyana H.
Adakah cinta yang kupunya?
Seperti Kierkegaard mencintai Regina Olsen,
Tentulah aku punya
Tapi tak banyak,
Dari hati yang bertuah ini
Maka, di lazuardi Garut pun kubentangkan puisi
Bersama karya sederhana ini,
Disini, cintaku hidup
Garut, 2011
Bebas
Ardi Mulyana H.
Jika rahasia masih rahasia yang diketahui orang
Dunia ini penuh kebebasan
Bebas, namun terbatas
Seperti bulir hujan, basah namun kelak kan kering juga
Apa yang diketahui
Ketahuilah,
Namun jika sudah terukir dalam hati
Apalah artinya hidup bebas?
Garut, 2011
2 komentar:
Mantap... Saya suka... *^_^*
Tubagus Rangga, terima kasih. puisi-puisi di atas saya himpun pada karya keempat saya yang berjudul, "Ada Badai di Langit Garut" Insya Alloh segera rilis dalam bentuk buku elektronik
Posting Komentar