Lembaran Cinta di kota Garut dan Es Capucino


Ardi Mulyana H.

                                                 kepada s. f. c.

dari langit malam yang membentang
dari surat yang menumpahkan suaranya
dan kepada sebuah nama
yang datang memenuhi lazuardi garutku ini
menurunkan cinta dari tempatnya
menuruni tangga laksana sebuah buliran air jatuh dari tebing

kepada sebuah nama
pada seraut wajah yang membentang di atas angan
dan dengan mata yang tertutup
aku lihat kau di kota garut ini
tersenyum, tapi bukan padaku
melainkan pada hatiku yang merindu pelukmu

di sini, dalam selembar surat yang kutulis bersama untaian angin malam
bersama purnama yang menggantung di kota garut
entah apa yang kukaryakan pada ranum hatimu
entah apa yang kupuisikan jika sifatku dan sifatmu mulai menyatu
di dalam selembar kata cinta di kota garut
aku menuliskan nyanyian tentang sebuah "pertemuan"

kepada sebuah nama
yang memberiku senyuman
kala gemulai waktu menjulang naik ke angkasa
dan hadir dalam waktu yang lain bersama sebagai penawar
atas apa yang terjadi tempo silam
pun ketika rasa kita mulai bertemu di antara hati yang sekian lama terpisah

o...amukan dari jiwa yang meradang
kini kau menghantui dengan nilai-nilai yang memberiku syahdu
seperti di kaki gunung guntur tempat di mana pertama kita bertemu
sayang, tahukah kau setiap derap langkah kuabadikan dalam rak-rak buku
dalam hatiku ini pula
di mana pun, lembaran cinta terus berkumandang di kota garutku ini

dan, pertama sewaktu segelas es capucino di jalan siliwangi
kita berdua mereguk gembira
dan pula mereguk duka pula
kita berdua menalikan nilai idiil dalam kehidupan
juga membudayakan sebuah rasa yang tertaut di antara kekuasaan-Nya
aku pun tahu, dahulu tak pernah ada kau

kini, kita bercerita dalam sebuah karya sederhana
yang kau pinta, "Puisikan cinta kita dengan penamu"
aku senyum, selaksa petikan gitar dari seorang pelukis yang menyendiri
duduk di atas batang kayu lapuk
menyanyikan jalan cerita tentang hidup bersama sebuah rasa
yang aku tak pernah sangka

jika kau suka aku menjadi pendamping hidupmu
nyalakan api di dalam perapian yang terbuat dari sebuah untaian kata
serta senyumlah dalam gelora yang terbentang di atas jalan-jalan di kota garut
seperti pula di babancong pendopo alun-alun garut
kita menjelajah setiap sudut kota garut seperti irama demesir ombak di santolo pamengpek
meski aku pun tahu kau berkata, "Jadikan aku istrimu"

o...tahukah kau dodol garut?
senyummu itu manis semanis dodol garut
dan udara yang berlarian di antara peraduan sunyi
aku dan kau bersama menunjuk satu harapan
di mana kau mau menungguku
jika aku pergi menuntut ilmu

cintaku ini tak seperti kiekegaard pada regina olsen
tapi seperti penyair pada puisinya
seperti mata melihat taman bunga yang dibelah aliran sungai kecil
kepada sebuah nama
aku bukanlah sejati yang terlahir
terlahir dari dua cinta yang menyatu
meski kerap penaku berkata, "Kau kutulis dalam selembar puisi"


Garut, 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer