Menyentuh Badai
Oleh Ardi Mulyana H.
Pijakan pertama dalam tangga rasa
Menyepi suka menyeka kala
Itupun dikau, dinda
Sewindu salam dari raga yang bersalin sukma
Patrian nama menyungging simpul senyum, bibir tipismu
Seakan merayu laku sekian masa lalu
Menyublim mesra di teras SMA
Terdengar, kemarilah, duduk di sini pemuda
Daku menyipu sedikit malu
Ada apa gerangan dinda?
Hai, siapa namamu?
Ah, hendak bertanya nama rupanya!
Kala itu, matamu menatap dan menyilet
Mengukir rasa asmara yang mulai tumbuh
Menjadi pohon menguncup rayu dalam kwartet
Cinta dimadu badai yang riuh
Ingatlah, sandinganmu mengisi takhta rasa
Samar kicau sangkakala malihwarna
Bertalu melagu bak armada pulau sewindu
Pun terkenang cinta yang pilu, tempo dulu
Garut, Januari 2010
Pijakan pertama dalam tangga rasa
Menyepi suka menyeka kala
Itupun dikau, dinda
Sewindu salam dari raga yang bersalin sukma
Patrian nama menyungging simpul senyum, bibir tipismu
Seakan merayu laku sekian masa lalu
Menyublim mesra di teras SMA
Terdengar, kemarilah, duduk di sini pemuda
Daku menyipu sedikit malu
Ada apa gerangan dinda?
Hai, siapa namamu?
Ah, hendak bertanya nama rupanya!
Kala itu, matamu menatap dan menyilet
Mengukir rasa asmara yang mulai tumbuh
Menjadi pohon menguncup rayu dalam kwartet
Cinta dimadu badai yang riuh
Ingatlah, sandinganmu mengisi takhta rasa
Samar kicau sangkakala malihwarna
Bertalu melagu bak armada pulau sewindu
Pun terkenang cinta yang pilu, tempo dulu
Garut, Januari 2010
0 komentar:
Posting Komentar