Nada, Yang Digugu, dan Ditiru, Terang Bulan

Ardi mulyana H.

rembulan, dia yang keji
memandikan dengan sinarnya yang lembut
bau nafasnya seperti kolak pisang atau kolang-kaling
dan bau pandan juga

kejinya, sering merupakan suatu kelembutan yang nikmat
suara mengkeriknya jangkrik serta buayan angin dari alam
menambah pertempuran seperti perang dalam badai
menambah cahyanya selembut sutra namun mematikan

yang digugu telah tidur
semakin membuat sepi
yang ditiru tlah bangun tapi tlah pulang
kulihat, rembulan itu ada di matamu duhai kaum hawa

seperti hellen dari troya membisiki tentang kecantikannya
"aku datang duhai pengelana"
ah, mesra sekali tuturnya itu
namun tetap saja membunuh perasaaan

ada dawai dengan segelas tuba
ada sampah dengan madunya
menafsirkan sebuah bunyi-bunyian rintihnya alam
menarik putri malam, duhai rembulan

kemarilah dengan pesona gaibmu!
mari kita melukis tentang kejahatan ataupun kematian
atau tentang romeo julietnya shakespeare
atau tentang ernest hemingway, si lelaki tua dan laut

seperti juru pantun di atas kain kafan
mengucap decak tiada dan tanpa kata
menembus bumi memotong langit
mari berkata, "nada tanpa gugu; tanpa tiru dengan terang rembulan"


Garut, Agustus 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer