Rumah Sakit-Rumah Sakit

Ardi Mulyana H.

Buliran waktu terasa menjemukan
Bagi orang-orang yang mempertahankan kelangsungan hidupnya
Berjuang melawan sesuatu yang tak pernah diharap
Isak tangis, kalang kabut, bau obat serta kejamnya jarum suntik
Bercampur dengan bau amis darah
Denyut jantung masih memberikan tugasnya
Pada raga-raga yang slalu terus berusaha
Dan tanpa pernah menyerah
Dan tanpa pernah menyerah

Ruang hati selalu terenyuh kala kalimat, “Maaf, kami sudah berusaha maksimal”
Semua, adalah jalan-jalan yang yang tlah digoreskan-Nya
Lewat naskah yang bernama “takdir”
Kekuasaan-Nya yang terbentang di alam semesta ini
Kehidupan dan kematian adalah rahasia yang tak pernah terjamah akal sehat
Maka, tidakkah kita merasa malu, siapa kita ini?
Maka, tidakkah kita merasa malu, siapa kita ini?
Aku seperti patung di lorong-lorong rumah sakit ini
Tercenung sendiri dalam khusyu laksana kaktus di padang pasir

Batin ini diajari cara melihat
Melihat lukisan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya
Tersenyum sebagaimana kita menderita
Menangis sebagaimana kita bahagia
Dan tancapkan dalam hati-hati yang berikhtiar
Lantas selipkan doa-doa pada Sang Khalik
Tiada, ada, lahir, mati; tiada, ada, lahir, mati;
Dia yang menjadikan kami sebagai Khalifah di muka bumi
Tiada daya tiada upaya, pada-Mu kami kan kembali

Garut, Juni 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer