Silih Berganti

Oleh Ardi Mulyana H.


tercenung daku bersama sebatang pena
lembaran kertas putih jua menemani
tak banyak yang bisa kulakukan
selain menyelami dalamnya kata

jikalau angin bisa terbang
tentulah namanya angin
jikalau pikiran bisa terbang
tentulah namanya imajinasi

dalam terpejam, pun daku melihat siapa daku
bersalin dari raga, menyusuri takdir dari-Nya
tanda, adalah cinta yang tak bertuan
tuan, adalah tidak pula itu cinta

rasakan, berkecamuk dalam rongga dada
suatu rindu yang tak bertepi
camkan baik-baik duhai pena dan kertas
daku merindunya dalam malam dibalut dingin

laksana guntur yang gegap gempita
menumpurkan rasa yang gagah berani
ada benci, ada rindu
benci digilas rindu

puisi, adalah letupan empunya
empunya, adalah penikmat kedalaman hati
yang tak terukur bagaikan dalamnya rasa ini
tak ada suatu yang menjadi pengganti daku

selain, tulisan yang ditulis saat kacaunya jiwaku
ya, puisi adalah kacaunya jiwa
mereka berpegangan dalam paku-paku hati
dan berkata, “duhai wajah malam, kecup nian daku seorang, tanpa sepotong rasa iba, jangan bertalu andai tak sepi.”

sepi, adalah jiwa yang menari
dia berjalan perlahan, mengangkang ditiup angin
tangannya menunjuk ke lazuardi yang kian tenggelam
di safana hati, kicau kupu-kupu berbisik:

“duhai sang malam, ke marilah
sentuh daku dengan kemilauan
buai daku dalam mimpi tentang cinta
biarkan daku larut dan tenggelam.”

sepi termangu masih di tempatnya
meski kupu-kupu telah bersyair
biar duka bersalin suka
kembali sang sepi duduk dan berkata:

“jikalau jiwa tak ada sepi
itu pula jiwa tak berarti
terbang terus berlari sambil menutup wajah
hendak ke mana menggantung diri?

se-sunyi ini semlohai…ratapan malam


Garut, Februari 2010

1 komentar:

herson mengatakan...

Puisinya bagus sekali

Posting Komentar

Tulisan Populer