Bayang-bayang yang Kedua

Ardi mulyana H.

Dialah yang terabaikan
Berjalan di lorong-lorong menuju kematian
Jiwanya tak tahu lagi dunia
Harusnya dia di rumah sakit-rumah sakit jiwa
Dan bukan berlarian dengan mimpi indahnya di jalanan
Baju yang compang-camping dalam raga kulit tinggal tulang
Ngeri aku ini meninjau dengan melihat serta mengintip kehidupannya
Ngeri aku ini melirik mereka senyum dan tertawa sendiri
Seolah-olah tlah menang lotre atau hadiah dari tabungan di bank
Tapi, bukan, bukan itu maksudku, bukan menang lotre ataupun dari tabungan

Mereka hanya sebuah bayang-bayang merdu
Dalam nada dari denting dawai eloknya zaman
Waktu yang berkilau melupakan keberadaan mereka
Kini akulah yang akan mengingat mereka kembali dalam syair ini
Kini akulah yang akan merekam mereka menjadi sebuah simfoni yang cemerlang
Kini akulah si gila yang menulis mereka dengan tinta-tinta kematian
Laksana kelembutan air yang meluluhlantakkan kota
Bak Dewi Drupadi yang elok keramas dengan darah Dursasana
Ah, terlampau jauh aku bermain dengan gaya bahasa
Ah, terlampau jauh aku bermain dengan gilanya orang-orang gila


Garut, September 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer