Bayang-bayang yang Pertama
Ardi Mulyana H.
Mentari, dia yang sunyi
Cahyanya menusuk membelai seperti tangisan bayi
Cahyanya jatuh menimpa sejumlah tanah di Nusantara ini
Dan bicara padaku tentang tanah-tanah kian menyempit
Seperti rimba yang menangis di pangkuan ibundanya
Meronta di antara cukong-cukong kayu yang gila
Tapi, mereka tak peduli
Batang-batang bergelondong menjadi almari koleksi
Borneo dan meranti menari sufi di atas kepunahan kaumnya
Pun si jati diri yang tak lagi menampakkan jati dirinya
Pasang matamu duhai kawan!
Dengarlah cerita yang ditulis oleh sebuah bayang-bayang
Hai kamu-kamu sekalian tahukah dengan kepunahan mereka?
Katanya, tiap tahun ribuan hektar belantara binasa
Ah, bukan, ratusan ribu hektar,
Ah, kini mereka benar-benar menjadi bayang-bayang
Garut, September 2010
Mentari, dia yang sunyi
Cahyanya menusuk membelai seperti tangisan bayi
Cahyanya jatuh menimpa sejumlah tanah di Nusantara ini
Dan bicara padaku tentang tanah-tanah kian menyempit
Seperti rimba yang menangis di pangkuan ibundanya
Meronta di antara cukong-cukong kayu yang gila
Tapi, mereka tak peduli
Batang-batang bergelondong menjadi almari koleksi
Borneo dan meranti menari sufi di atas kepunahan kaumnya
Pun si jati diri yang tak lagi menampakkan jati dirinya
Pasang matamu duhai kawan!
Dengarlah cerita yang ditulis oleh sebuah bayang-bayang
Hai kamu-kamu sekalian tahukah dengan kepunahan mereka?
Katanya, tiap tahun ribuan hektar belantara binasa
Ah, bukan, ratusan ribu hektar,
Ah, kini mereka benar-benar menjadi bayang-bayang
Garut, September 2010
0 komentar:
Posting Komentar