Bila Hujan Mengalir dalam Parit Kehormatanmu

Oleh Ardi Mulyana H.

Duduk sendiri dalam ruang sempit tempatku berteduh
Sesekali kulihat di luar riak-riak hujan kecil saling berlarian
Seringkali asa kilau menyilau mata gundah gilang-gemilang
Tertunduklah aku merayu mengerling indah lirikanmu



Aku bersandar pada tembok yang tak lagi kokoh
Dalam tatapan semu, aku melihat gaun putih tipis menyelimuti ragamu
Berdosakah aku, jika aku menyelami moleknya tubuhmu
Aku melihat, riak itu bercumbu saling melempar bisu



Berderailah aku menelan jemariku yang tak sempat aku gigit
Wahai, dara-dara, hiasilah ragamu itu dengan layar agar tertutup suci
Agar aku tidaklah menjadi bejat
Agar aku bisa mendayung dalam parit kehormatanmu dengan sah



Jika sampai pada akhirnya, gaun itu tersibak tertiup angin selatan
Aku akan membiru dan membeku di kutub utara
Biar aku menjadi hujan untuk menjaga kehormatanmu
Izinkan aku menjadi terbaik untukmu



Wahai, dara-dara, hiasi mahkotamu dengan untaian selendang sutra maya
Sewindu laksa kan aku tabur mawar merah dalam taman hatimu
Pekik, hujan berdecak kagum andai mereka mengisi
Parit-parit kehormatanmu



Dan aku anggun sendiri melihat hujan itu melegenda
Serta membeku, perlahan-lahan engkau memelukku
Ketika itu, kutub utara
Membekukan abadi namaku dalam lemari hatimu
Wahai dara-ku, sambutlah andai aku hujan mengaliri parit kehormatanmu


Garut, 17 November 2009

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer