Di Satu Petang Malam

Oleh Ardi Mulyana Haryadi

Berdiri aku di ujung jalan
Bersama kunang-kunang berlarian sejauh jalan terbentang
Langit malam merayu menggenggam tangan ini
Membawa aku terbang dan menghilang

Muda-mudi bersatu kian kemari tanpa mengenal waktu
Aku sendiri berteman batang-batang tembakau yang tak terhitung lagi
Kuhisap, perlahan menusuk jantung
Ah, mataku sudah lelah rupanya

Namun, jiwa ini berontak dan aku pun merayu sang pena
Walau malam semakin larut saja
Dari kejauhan, aku dengar debur ombak berkelahi dengan tiga perempat malam
Amboi, indah nian aku memacari malam ini

Sejuta rasa kian terlukis di malam ini
Sebuah rindu, sebuah nikmat, sebuah rasa
Ah, tak ada duanya
Malam ini di tepi jalan dekat pantai, milikku seorang

Angin laut menggelitik telinga ini seraya berbisik
Di mana tambatan hatimu pemuda?
Entahlah duhai angin
Aku sendiri selarut ini

Hanya purnama cahya yang membelaiku seorang diri
Pun nyiur terdengar memanggil namaku
Aku pun menangis pilu dan berlayar ke tengah samudra
Hilang petang dihalang karang gelombang

Malam, malam suka penuh luka
Aku berkibar tanpa hembusan angin
Badai meriak menyapa hanyut diriku ini serta berkata
Kemarilah pemuda, aku mencintaimu



Pangandaran, Desember 2009

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer