Rindu di Ufuk Timur
Oleh Ardi Mulyana Haryadi
Detik itu tak karuan berdetak
Perlahan berjalan menyusuri tepian pantai
Ombak kecil begandengan tangan memecah karang-karang kemunafikan
Nusa di ujung hanya diam dan membisu saja
Sampan nelayan menari melawan ganasnya gelombang hidup
Pun mereka bagai riak kecil di tengah samudra
Menjala nilai perjuangan hati penuh makna
Di sini aku asoi sendiri
Memantau cakrawala dan samudra yang saling berciuman
Anak-anak berlarian kian kemari bersama birunya lautan negeri ini
Merangkai mutiara ekasenyum tunas bangsa
Aku hanyalah diam berteman sebatang rokok yang tak mau aku hisap
Aduhai asoi rasanya
Nyiur murung terpaku sedih
Dirinya sudah lama tak dibelai angin laut
Pun aku pula begitu
Tlah lama tak dibelai alam
Samudra lepas terbentang dari timur ke barat
Ikan-ikan kecil meloncat kegirangan laksana hati yang riang
Mata mentari kerap menyilau hamparan pasir putih
Mendorong kepiting kecil untuk bernyanyi
Aneh, hanya perasaan ini yang tak bergembira
Tambatan hati tak menemaniku tuk mlukis alam Nusantara ini
Camar-camar pun malu menampakan dirinya
Melihat aku murung sendiri
Yang aku layari adalah lautan
Yang aku selami adalah lautan
Yang aku lihat adalah lautan
Yang aku rindu adalah lautan
Pangandaran, Desember 2009
Detik itu tak karuan berdetak
Perlahan berjalan menyusuri tepian pantai
Ombak kecil begandengan tangan memecah karang-karang kemunafikan
Nusa di ujung hanya diam dan membisu saja
Sampan nelayan menari melawan ganasnya gelombang hidup
Pun mereka bagai riak kecil di tengah samudra
Menjala nilai perjuangan hati penuh makna
Di sini aku asoi sendiri
Memantau cakrawala dan samudra yang saling berciuman
Anak-anak berlarian kian kemari bersama birunya lautan negeri ini
Merangkai mutiara ekasenyum tunas bangsa
Aku hanyalah diam berteman sebatang rokok yang tak mau aku hisap
Aduhai asoi rasanya
Nyiur murung terpaku sedih
Dirinya sudah lama tak dibelai angin laut
Pun aku pula begitu
Tlah lama tak dibelai alam
Samudra lepas terbentang dari timur ke barat
Ikan-ikan kecil meloncat kegirangan laksana hati yang riang
Mata mentari kerap menyilau hamparan pasir putih
Mendorong kepiting kecil untuk bernyanyi
Aneh, hanya perasaan ini yang tak bergembira
Tambatan hati tak menemaniku tuk mlukis alam Nusantara ini
Camar-camar pun malu menampakan dirinya
Melihat aku murung sendiri
Yang aku layari adalah lautan
Yang aku selami adalah lautan
Yang aku lihat adalah lautan
Yang aku rindu adalah lautan
Pangandaran, Desember 2009
0 komentar:
Posting Komentar