Sekoi di Malam Itu

Oleh Ardi Mulyana H.

Tebasan katamu menyilau malam itu
Angin malam merintih dan berdarah
Daun ranting saling berpegangan tangan
Pelangi larut dan menangis


Purnama kala kehausan cinta
Pun malu-malu dimabuk kepayang jantung hatimu
Semesta najam bertaburan di keningmu
Laksana mutumanikam nusahati; nusawiru; nusanusa; palung jiwa ini


Sekoi, jangan menangis kasih
Sayang aduhai membiru di taman seloka
Parasmu berkejaran satu sama lain dengan crysanthenum di taman hijau
Menggembala di sela pembabakan cinta dua belas purnama


Oksigen dalam matamu mendidih duhai kasih
Selaksa caci aku terima
Engkou kasih, bukan parasmu yang aku cinta sekoi
Tapi aku cinta kaligrafi namaku di hatimu


Jerit lazuardi semakin melengking saja kasih,
Melagu balada cinta aku paduka sri maharaja
Seroja pun ikut bernyanyi dalam pupuh dewi asmarandana
Sontak gemulai nyiur menari untukmu


Jikalau sawit tak lagi berminyak
Izinkan aku memetik caci maki untukku
Aduhai, semlohai aku ini kasih
Meluruh caci menjadi cinta


Sewindu kala rasanya
Hati ini membatu dan mengeras
Dikalung putusnya rantai cinta darimu, sekoi
Hahai, kerling matamu menyesal rupanya
Tak usah kou harap aku, sekoi


Pengabaian itu mendidik aku dengan guru sang pujangga malam
Sekoi, jangan menangis
Terlalu sayang jika menangisiku sekoi,
Aku bersedih dalam gembiramu


Yang aku sebut, engkau sekoi
Yang aku peluk, engkau sekoi
Yang berkhianat, engkau sekoi
Yang sesal, engkau sekoi


Jangan merinduku lagi andai kelam malam tak lagi gelap
Beradu rasa bergulat rindu
Jangan kesumat, sekoi
Ini aku, pelangi di malam itu, kekasihku, dan engkau pula sekoi


Sekalah sungai di parasmu
Aku tersenyum dalam bima sakti
Dan bercerita,
Dahulu, ini kita berdua sekoi, kini tiada lagi.



Wanaraja, Desember 2009




Catatan:
Sekoi adalah nama pengganti ... merpati hatiku, yang kini meninggalkan sejuta rindu dalam dada ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tulisan Populer